Tanjung Pinang, TRIBRATA TV
Jika berkunjung ke Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang, Kepri, pasti pertama kita akan melihat pertama bangunan mesjid bersejarah dengan warnanya kuning mencolok dengan aksen hijau.
Konon, mesjid ini dibangun menggunakan telor sebagai perekat. Mesjid itu adalah Masjid Sultan Riau.
Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman tahun 1832. Ia merupakan cucu dari Raja Haji Fisabililah, pahlawan nasional Indonesia asal Riau.
Hal tersebut dibenarkan salah satu tokoh penyengat, sekaligus Ketua RW IV bernama Sahak (65).
“Benar. Dari cerita cerita orang tua saya, mesjid Sultan Riau (Penyengat) dibangun dari telor dicampur pasir. Telor ini untuk perekat. Sejarah seperti itu, “terang Sahak, Minggu (22/10/2023).
Sahak juga menjelaskan, masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman tahun 1832. Ia merupakan cucu dari Raja Haji Fisabililah, pahlawan nasional Indonesia asal Riau.
“Dengan warna kuning dan hijau yang dominan, penampakan Masjid Sultan Riau tampak lebih menonjol dibandingkan dengan bangunan lain di sekelilingnya. Warna kuning melambangkan kesejahteraan, sedangkan warna hijau merupakan simbol agama, “jelas Sahak.
Menurutnya dahulu masjid ini terbuat dari papan kayu. Namun di tahun 1832, Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman mengumumkan akan membangun masjid tersebut. Masyarakat pun sontak bergotong royong untuk membangun masjid ini.
“Alhamdulillah, sampai sekarang masih kokoh bangunannya, walaupun ada yang direnovasi tetapi tidak meninggal ciri khas sejarah, ” ungkapnya
Diketahui, bangunan utama masjid berukuran 18 x 20 meter. Kubahnya berjumlah 13 buah yang berbentuk seperti bawang. JIka ditambah dengan jumlah menara, total ada 17 buah menara dan kubah di masjid ini. Angka tersebut melambangkan jumlah rakaat salat selama sehari semalam. (M.holul)
