Toba, TRIBRATA TV
Seorang legendaris yang juga tokoh masyarakat Kabupaten Toba, Binahar Napitupulu, Selasa (7/6/2022) menghembuskan nafas terakhir dalam usia 72 tahun di Rumah Sakit Adam Malik Medan.
Almarhum dikenal sebagai orang memiliki rasa sosial yang tinggi. Ia mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan suku atau agama.
“Tiga gelar almarhum, tokoh masyarakat, tokoh olahraga dan tokoh adat,” kata Lurah Napitupulu Bagasan, Bentara Napitupulu.
Menurutnya hal itu merupakan pencapaian luar biasa bagi orang Batak. “Kita kehilangan tokoh,” tambahnya sambil menyampaikan rasa duka yang mendalam.
Sementara Edison Napitupulu, mengaku kehilangan teman berantam, tertawa dan ngopi. Mereka berdua selalu duduk bersama di Kedai Kopi Bunga Mawar, Balige.
“Sejak sekolah dasar kami bersama. Sering berantam, namun akhirnya mekkel muse (tertawa lagi) kami. Kami beda cuma 1 bulan, Binahar duluan lahir, tanggal 24 Desember 1950 dan saya lahir 16 Januari tahun depannya. Banyak kenangan saya bersama dia, saya lama di loket Mmobil KPD di Kedai Kopi Bunga Mawar milik Binahar depan Bank Sumut Balige,” ucap Edison mengenang.
Menurutnya, saat ia tahu almarhum harus dibawa ke Medan 2 hari lalu, ia menitip pesan pada anak almarhum “buatlah yang terbaik biar sembuh bapakmu jung. Namun Selasa pagi dapat berita almarhum sudah meninggalkan kita.
Saat jenasah Binahar Napitupulu tiba di kediaman di Balige, Edison katakan, Nunga Parjolo mate ho kedan (duluanlah kau pergi saudaraku) ga ada lagi teman ku berbicara. “Kenapa kita tidak sama bapauda pergi kesorga?Selamat jalan bapa, semoga kau tenang di sorga,” pesannya lirih.
Anak Almarhum,Jujung Napitupulu mengatakan bapaknya 2 hari dirawat di RS. Adam Malik Medan dengan kondisi sudah kritis dan harus segera ditangani.
“Sebelumnya bapak memang sudah ada penyakit gula, namun inilah puncaknya hingga harus dilarikan. Rupanya bapak menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit,” ucap Jujung sambil berlinang air mata.
“Saya ingat terakhir kenangan bapak hadiri kejuaraan Beladiri Forki di Pendopo Bupati Toba. Itulah kenangan terakhir apresiasi beliau terhadap olahraga beladiri yang digeluti. Begitu banyak kenangan indah yang bapak buat, bapak ini ga bisa lihat tetangga dan teman susah. Siapa yang datang terus dibantu dan selalu diusahakan,” tambahnya.
Wartawan TRIBRATA TV, Berlin Yebe juga sering meminta masukan pada almarhum. Sejak awal pulang dari perantauan tahun 2016, ia selalu mendapat wejangan saat duduk di Kedai Kopi Bunga Mawar.
“Kalian berbuatlah untuk Bona Pasogit, membantu sesama. Kalian yang mudakan pulang juga ke Bona Pasogit kampung halaman, majukanlah Klampung kita ini kedepan,” pesan Binahar.
Suasana di kediaman almarhum begitu ramai saat mengetahui informasi meninggal, mereka tampak menunggu kedatangan jenasah almarhum dari Medan. Jenasah bapak tiga anak, yang boasa disapa Opung Nobel tiba dikediaman sekitar pukul 8 malam. (Berlin Yebe)