Ramainya Lalu Lalang Ponton Ancam Situs Keramat Simpang di Kayong Utara

IMG-20240409-WA0076

Kayong Utara, TRIBRATA TV

Situs Simpang Keramat di Kabupaten Kayong Utara, Kalbar terancam hilang akibat aktivitas ponton yang lalu lalang membawa Bauksit.

IMG-20240227-124711

Hal ini diketahui saat Perundohan Tanah Simpang (Pertasim) bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Kayong Utara meninjau kawasan Situs Simpang Keramat, Sabtu (27/5/2023). Situs yang berada di tepi sungai tersebut terancam hilang.

Dari hasil peninjauan, bibir sungai yang berdekatan dengan areal situs sudah tergerus beberapa meter. Bahkan aktivitas ponton telah merusak bekas tingkat Masjid yang tepat berada di dekat percabangan Sungai Simpang dan Sungai Matan tersebut.

“Kami tahun lalu kesini, tongkat ini masih di atas tanah jauh dari sungai, nah sekarang bisa saksikan sendiri, ini sudah jejak ke sungai bahkan itu ada yang patah dan tercebur. Ini bekas tiang Masjid Kerajaan Simpang, kalau tidak percaya silahkan buka data sejarah ada pada tahun 1823, ada lukisan dan manuskripnya,” kata Ketua Pertasim, Gusti Bujang Mas.

BACA JUGA  Polisi dan Warga Perbaiki Jembatan Rusak

Ia pun menunjukan bekas lokasi masjid tua simpang. “Ini bekas masjid, sedangkan keratonnya di sana”, kata Gusti Bujang Mas sambil menunjukkan lokasi.

Ia menegaskan situs ini memiliki nilai sejarah yang harus dilindungi dan dilestarikan. Pihaknya sudah koordinasi dengan Dinas Kebudayaan, dan kali ini bersama pihak Dinas Perhubungan karena lalu lintas kapal ponton adalah domainnya.

Ia berharap setelah melihat fakta lapangan, agar pihak terkait dapat melakukan mediasi dengan perusahaan agar dapat mencari solusi terbaik untuk penyelamatan areal situs.

BACA JUGA  Polres Kapuas Hulu Selidiki Penemuan Mayat Bayi di Desa Pala Pulau

Sementara Miftahul Huda, anggota TACB (Tim Ahli Cagar Budaya Kayong Utara) mengatakan situs Simpang Keramat memiliki nilai penting yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan serta identitas bagi masyarakat Simpang.

Sebab di lokasi tersebut pada abad ke 18-20 pernah menjadi pusat pemerintahan dan berlangsung 4 generasi raja.

Berawal dari Pangeran Ratu Agung Kesumaningrat, Gusti Mahmud, Gusti Muhammad Roem dan terkahir Gusti Panji.

Kemudian selanjutnya pusat pemerintahan berpindah ke Teluk Melano pada tahun 1912 hingga saat ini.

“Kawasan cagar budaya Simpang Keramat ini selain terdapat makam raja-raja Simpang dan kerabatnya, juga terdapat meriam Bujang Koreng, tiang tiang tua eks Masjid serta Keraton Simpang yang dibangun pada masa Pangeran Ratu Agung Kesumaningrat sebagai pendiri Kerajaan Simpang, lalu diperbaharui oleh Gusti Mahmud pada tahun 1814. Namun setelah meninggalnya Gusti Panji pada 1917, tempat ini perlahan ditinggalkan dan tidak terawat hingga seperti ini”, terang Huda.

BACA JUGA  Diidamkam Puluhan Tahun, Warga Desa Pendawan Senang Pembangunan Turap Akan Selesai

Huda berharap untuk dapat menghargai dan ikut melestarikan situs Simpang Keramat mengingat jasa jasa mereka yang cukup besar.

Salah satunya adalah perjuangan Gusti Panji yang memimpin perang Belangkaet pada tahun 1915. Perang tersebut mengusir penjajah Belanda hingga nyawa yang menjadi taruhannya, sebab banyak yang jadi korban saat itu, termasuk Ki Anjang Samad yakni panglima perang juga turut menjadi korban. (asmun)

IMG-20240310-WA0073
IKLANKAN-PRODUK-ANDA-DISINI-20240504-132349-0000

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *