IMG-20240501-WA0019

Panen Jagung, Warga Desa Duarto Gelar Ritual Adat Paol Sau

IMG-20240409-WA0076

Belu, TRIBRATA TV

Masyarakat Desa Duarato Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, NTT menggelar ritual adat Sera Mot atau disebut acara akbar Paol Sau (panen awal hasil pertanian jagung) saat panen Jagung, Sabtu (6/4/2024).

IMG-20240227-124711

“Ritual ini merupakan tradisi yang sudah turun temurun diwariskan oleh leluhur kepada generasi kita hingga saat ini dan diadakan tiga tahun sekali,” kata Kepala Desa Duarato, Gregorius Mau Bere.

Menurutnya ritual Paol Sau (Serah Mot) dilakukan melalui prosesi adat menuju ke Sadan Mot oleh tua adat atau imam suku yang dikkut oleh kaum laki-laki di dalam desa untuk mempersembahkan hasil kebun kepada Tuhan, alam dan leluhur.

Untuk mengawali musim panen warga memulainya dengan syukuran akbar selanjutnya masing-masing orang (laki-laki) mengambil lima bulir jagung yang layak dan terbaik untuk dipersembahkan di Bukit Taebere Holsa.

Para imam suku mewakili anggota sukunya membawa hasil jagung tersebut ke puncak Bukit Taebere Holsa sebagai bahan persembahan kepada Tuhan, alam dan leluhur.

“Ritual adat yang kita lakukan adalah tradisi Perjanjian Lama dalam Gereja Katolik yakni doa secara adat setelah itu ditutup dengan doa Gereja Katolik yang menandakan bahwa segala ritual yang dibuat di Perjanjian Lama disempurnakan dengan kurban Kristus pada Perjanjian Baru, hal ini diterima oleh gereja Katolik dengan istilah “Inkulturasi”. Doa adat dan doa dari gereja Katolik itu didaraskan bersama-sama yang menandakan bahwa masyarakat telah melaksanakan tradisi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,” jelasnya.

Ia juga menyampaikan selaku Pemerintah Desa sangat mendukung dan kedepannya semua tradisi yang ada di desanya akan diaktifkan agar budaya Duarato itu tetap terpelihara dan lestari.

Pada kesempatan tersebut Yosef Mau Leon, Nai (Raja) Duarato mengungkapkan tradisi ritual adat ini sudah dilakukan oleh leluhur orang Duarato sejak turun temurun, oleh karena itu sebagai generasi penerus akan terus lestarikan budaya ini.

“Saya sebagai Nai (Raja) Duarato bersama Fetor dan tisian taknean (jajaran dalam strata adat) dan pemerintah desa untuk tetap lestarikan budaya-budaya leluhur yang diwariskan kepada kita, karena setiap ritual adat yang kita buat mempunyai makna tersendiri,” katanya.

Disampaikannya sebelum kegiatan hari ini tadi malam sudah dilaksanakan ritual adat mohon kehadiran leluhur dari Duarato yang dilakukan oleh Suku Loeabau Reu Lako sebagai Koso Jobel Gomo (pemilik tumbuhan dan tanaman), dan yang dipersembahkan hari ini adalah hasil panen yang terbaik yang diambil dari kebun para petani.

Nai Duarato juga menyampaikan tradisi adat dan budaya yang ada di Duarato telah diakui oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

“Tradisi adat dan budaya yang ada di Desa Duarato ini telah diakui oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat oleh karena itu untuk mendukung tradisi budaya yang ada saya menghimbau kepada masyarakat Duarato untuk dapat mengunakan bahasa Bunaq yang benar, berbusana adat yang sesuai, memiliki tata krama yang baik, sehingga pengakuan dari pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat ini tetap terjaga,” pungkas Nai Duarato.

Untuk diketahui kegiatan ritual adat Paol Sau (Sera Mot) ini dilaksanakan sebagai ucapan syukur atas hasil panenan kebun yang melimpah bagi para petani yang ada di Desa Duarato.

IMG-20240310-WA0073