IMG-20240501-WA0019

7 Tahun Lumpuh, Remaja Warga Desa Sei Rampah Sergai Butuh Uluran Dermawan

IMG-20240409-WA0076

Serdang Bedagai, TRIBRATA TV

Sudah tahunan Santanam Dewantara (17) anak ketiga dari pasangan Turman (52) dan Basariah (51) warga Dusun IX Kampung Ibus Desa Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara hanya bisa terbaring dirumahnya. Ia menderita lumpuh hingga untuk duduk saja tidak mampu.

IMG-20240227-124711

Awalnya, hingga berusia 8 tahun Santaman hidup normal. Ia bisa bermain dan bersekolah bersama rekan-rekan seusianya.

Namun, beranjak usia sembilan tahun, Santanam perlahan-lahan tidak bisa berdiri bahkan berjalan dan mengalami kelumpuhan. Ia pun akhirnya putus sekolah karena tidak bisa berjalan.

Basariah, ibu Santanam didampingi suaminya Turman, kepada wartawan, Selasa (4/1/2022) siang mengatakan, sudah sembilan tahun anaknya mengalami sakit dan tidak bisa berjalan.

“Santanam Dewantara atau yang sering disapa Supri ini, awalnya hidup normal seperti rekan-rekan seusianya,” kata Basariah.

Namun, sejak berusia 9 tahun Santanam perlahan-lahan tidak bisa berdiri dan berjalan karena mengalami kelumpuhan. Melihat kondisi sakit anaknya semakin parah, kedua orang tuanya membawa Santanam berobat ke RSUD Sultan Sulaiman Sei Rampah Kabupaten Sergai.

“Kami pernah bawa Santanam berobat ke RSUD Sultan Sulaiman pada saat berusia delapan tahun yakni pada tahun 2012 yang lalu. Tapi, pihak rumah sakit pada saat itu mengatakan di RSUD ini kurang peralatan medis,” ucap Basariah menirukan salah satu dokter yang menangani anaknya.

Sehingga dari pihak RSUD Sultan Sulaiman merujuk Santanam berobat ke Rumah Sakit Adam Malik Medan pada tahun yang sama. Sempat beberapa hari dirawat di RS Adam Malik Medan, akhirnya Santanam dibawa pulang oleh orangtuanya karena keterbatasan biaya.

Ia pun mengatakan sudah membawa Santanam beberapa kali berobat terapi, namun penyakit anaknya hingga saat ini belum juga sembuh.

Kini, Santanam sudah berusia 17 tahun namun kelumpuhan yang dideritanya masih menggerogoti.

“Yang bikin trenyuh, Santanam sering bertanya ibu, ayah, apakah penyakit yang ku derita ini tidak bisa disembuhkan lagi,” kata Sabariah menirukan ucapan anaknya sambil menangis.

Disinggung, apakah mereka memiliki kartu BPJS, Sabariah mengaku tidak memiliki kartu BPJS. “Kami tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah,” kata Basariah lagi.

Untuk menyambung kehidupan kami sehari-hari, saya berjualan sosis keliling dan suami kerja sebagai buruh tani, katanya.

“Kami sangat berharap kepada Pemerintah dan dermawan dapat mengurangi sedikit beban hidup yang kami alami,” ucap kedua orang tua Santanam mengakhiri. (hakim sitanggang)

IMG-20240310-WA0073
IKLANKAN-PRODUK-ANDA-DISINI-20240504-132349-0000

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *