Banyuwangi, TRIBRATA TV
Kegiatan budaya menyambut tahun Baru Islam berupa Tumpengan dan Takir Sewu Prabu Tawangalun digelar di Kedawung Desa Sraten Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi dengan tetap mematuhi Protokol Kesehatan (Prokes) yang ketat, Senin (9/8/2021).
Hadir dalam kegiatan acara khataman Al Qur’an semua para Kyai seluruh dusun Kedawung diantaranya, K.H.Toha Muntoha Salam, pengasuh Ponpes Al Futuhiyah, Kyai. Faqih usman, Kyai. Ponarsi, Kyai. Makun dan kyai-kyai lainnya.
Disaat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat se Jawa-Bali kegiatan budaya Tumpengan dan Takir Sewu tetap dilaksanakan dengan cara sederhana. Kegiatan budaya ini sudah menjadi ikon Desa Sraten dan sudah menjadi agenda tahunan di Desa Sraten.
Panitia pelaksana Tumpengan dan Takir Sewu, Irawan Suyanto mengatakan, karena situasi PPKM Darurat, maka kegiatan budaya tahun ini tetap digelar secara sederhana tanpa mengurangi makna budaya Tumpengan dan Takir Sewu yang sudah berjalan selama 5 tahun.
Menurutnya acara yang diadakan untuk tahun ini diantaranya, khataman Al Qur’an di makam Prabu Tawangalun dimulai pukul 19.00 WIB yang dilanjut dengan ritual budaya oleh para sesepuh desa dan para tokoh agama di makam Prabu Tawangalun, Sendang Sumbersari dan makam Ki Buyut Getik yang dilaksanakan pukul 24.00 WIB.
Sedang Kepala Desa Sraten H. A. Rahman Mulyadi berharap kegiatan budaya ini tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan. Salahsatunya dengan tidak mengundang banyak orang untuk menghindari kerumunan untuk mencegah penuluran covid-19.
“Yang terpenting tidak mengurangi nilai-nilai budaya yang sudah ada dan acara keagaman yang sudah berjalan dari dulu, “kata Kades Sraten.
Hal sama juga disampaikan Ketua BPD Desa Sraten, Drs. Heru Supriono. Setelah mengadakan rapat koordinasi dengan Pemerintah Desa Sraten ia mengatakan,kegiatan budaya Tumpengan dan Takir Sewu tetap dilaksanakan dengan tidak mengurangi acara inti yang sudah berjalan sejak awal sehingga esensi dan makna budaya yang menjadi ruh kegiatan ini tetap terlaksana dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Diharapkan setelah keadaan normal kembali kegiatan budaya Tumpengan dan Takir Sewu ini akan semakin besar. Dan nantinya bisa menyedot perhatian banyak orang, sehingga kegiatan budaya ini akan menjadi wisata budaya relegius yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar makam Prabu Tawangalun dan perekonomian masyarakat Desa Sraten pada umumnya. (irawan)