IMG-20240501-WA0019

Reses, Penyabar Nakhe: Nias Bukan Tertinggal Tapi Ditinggalkan

IMG-20240409-WA0076

Nias Selatan, TRIBRATA TV

Warga Desa Lahusa Kecamatan Idanotae Kabupaten Nias Selatan (Nisel) sejak lama mengharapkan pembangunan jalan menuju objek wisata budaya batu megalit Trundrumbaho.

IMG-20240227-124711

“Kiranya bapak berkenan memperjuangkan agar akses jalan dari jalan besar menuju lokasi batu megalit sepanjang 2 km dapat dibangun,” kata Kepala Desa Lahusa, Yasozatulo Telaumbanua dihadapan Anggota DPRD Sumut, Penyabar Nakhe, Rabu (7/7/2021).

Penyabar Nakhe, anggota Fraksi PDI Perjuangan ini tengah melakukan reses, yang kali ini mengambil lokasi di destinasi wisata Trundrumbaho.

Menurut Kades, pembangunan jalan sangat penting untuk memudahkan dan pendorong minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara datang berkunjung ke lokasi wisata ini.

Kedatangan Penyabar Nakhe di Desa Lahusa sangatlah diharapkan oleh masyarakat. “Kami sangat bersukacita dan bahagia atas kedatangan bapak Penyabar Nakhe baik sebagai pribadi maupun sebagai Anggota DPRD Provinsi SUMUT, karena bapak dapat melihat secara kasat mata keadaan kami di Desa Lahusa Idanotae yang sangat haus akan pembangunan,” kata Yasozatulo Telaumbanua.

“Batu megalit Trundrumbaho menyimpan warisan leluhur kita sebagai orang Nias. Tundrumbaho adalah destinasi wisata unik karena menyimpan 3 macam wisata yaitu wisata sejarah, budaya dan alam,” tambah Lahimbowo Ndruru, seorang tokoh masyarakat yang juga mantan Camat Idanotae.

Menanggapi permintaan Kades dan warga Desa Lahus, Penyabar Nakhe mengatakan Nias bukan daerah tertinggal tetapi ditinggalkan.

“Mengapa kita ditinggalkan? karena informasi tentang potensi daerah kita, tidak atau jarang disampaikan secara baik kepada pemerintah baik ditingkat Kabupaten/Kota, ke Provinsi dan ke tingkat pusat,” katanya.

Hal ini menyebabkan potensi-potensi yang ada jarang dipublikasikan, dalam forum-forum pembahasan pembangunan, jarang dijadikan sebagai sasaran prioritas pembangunan karena data potensinya tidak ada.

“Konon lagi karena SDM yang kita miliki belum mampu menjawab kemajuan teknologi dewasa ini,” tutur Nakhe.

Melihat kelemahan ini, Penyabar Nakhe mengaku menggandeng beberapa ahli dibidang promosi daerah yang ditinggalkan tetapi memiliki potensi untuk mengangkat harkat diri masyarakatnya.

“Dalam reses ini saya mengajak Ibu dr.Sandy, Mas Tedjo dan Mas Try Andri Marjanto yang berasal dari Jawa. Mereka punya talenta masing-masing yang sudah terbukti dan teruji,” ungkap Nakhe.

Ketiga ahli ini kemudian memaparkan bagaimana mengangkat potensi-potensi yang ada di desa agar bisa menjadi perhatian masyarakat banyak hingga tingkat internasional.

Dalam kunjungan reses ini rombongan Penyabar Nakhe disambut tarian Maena yang ditarikan diatas batu megalit. Juga tari silat sebagai ucapan selamat datang.

Diketahui destinasi wisata Tundrumbaho ini pernah dikunjungi Wakil Presiden H Adam Malik di awal tahun 1980 an. “Saat itu kami dikejutkan dengan suara helikopter yang membawa bapak Adam Malik mendarat di lokasi batu megalit, satu jam kemudian helikopter berangkat dan mendarat di Lapangan sepakbola Orahili Gomo. Itulah alasan mengapa lapangan itu diberi nama Lapangan Adam Malik, sebagai pengingat bagi generasi muda bahwa Wakil Presiden RI pernah menginjakkan kaki di lapangan tersebut,” kata seorang tokoh masyarakat.

Hadir pada reses tersebut antara lain, Camat Gomo, Kapolsek Gomo, Sekcam Idanotae, Kades dan seluruh Aparat Desa Lahusa Idanotae, para Kepala SMAN/SMPN/SDN Se Kecamatan Idanotae, para tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan adat, tokoh perempuan, TP.PKK dan warga Desa Lahusa Idanotae.
( Sn.Tel )

IMG-20240310-WA0073

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *