Maruli, Mantan Polisi yang ‘Hoby’ Berbagi

IMG-20240409-WA0076

Maruli Siahaan. Mungkin lebih separoh orang Medan yang mengenal polisi, pasti tahu akan sosok lelaki ini. Polisi yang sangat ringan tangan, gemar membantu, tak pernah menolak tamu, terutama dari kalangan rakyat jelata. Mungkin bagi dia, membantu orang adalah sebuah kebahagiaan. Maruli Siahaan ibaratkan sosok Robin Hood, ‘meminta’ harta orang kaya, lalu membaginya untuk rakyat jelata.

Saya mengenalnya lebih 20 tahun lalu, tatkala saya masih menjadi wartawan peliput berita kriminal di Polresta Medan (saat itu masih bernama Poltabes Medan). Jabatan Maruli saat itu sebagai Kepala Unit (Kanit) Vice Control (VC). Unit ini adalah satuan Unit Reserse yang membidangi kejahatan perjudian dan asusila. Walau hanya seorang Kanit, nama Maruli cukup kesohor tak hanya di Kota Medan, tapi hingga ke Mabes Polri.

IMG-20240227-124711

Itu semua tak lepas karena ‘hoby’ berbagi yang dia lakukan, kepada siapa saja. Baik kepada bawahan, atasan, masyarakat awam di semua lapisan. Dia tak pernah mau tahu, suku apa yang datang menghadapnya, tangannya akan dengan mudah merogoh laci mejanya untuk memberi bantuan. Bahkan setiap hari besar, antrian sangat panjang terlihat menjadi hal yang biasa. Bagi saya, mungkin sampai habis jatah usia ini di bumi, mungkin tak akan lagi menemukan sosok polisi seperti dia.

Soal prestasi sebagai polisi pun, selama saya menjadi wartawan, saya tak menemukan sosok polisi seperti dia. Nyaris tak satupun kasus kasus besar yang tak berhasil dia ungkap, bahkan dalam waktu singkat. Mungkin karena tingkat pedulinya yang tinggi, semua anggota polisi dibawah komandonya bekerja keras tanpa kenal lelah mengungkap kasus, berhari-hari tak pulang ke rumah pun tetap ikhlas. Sehingga tak satupun kejahatan kejahatan besar, pembunuhan, perampokan, perkosaan, yang tak berhasil dia ungkap. Sebagai wartawan saya mencatat, dia adalah polisi yang sangat berprestasi.

BACA JUGA  Usai Kunjungan Kerja, Ketua Pewarta Berikan Oleh-oleh kepada Anggota

Maruli adalah sosok yang terbuka, nyaris tak satupun peristiwa yang dia tutupi kepada wartawan. Jika kasus yang dia tangani dia anggap masih bisa komporimi, dia akan berkompromi. Apa lagi jika berkaitan dengan sisi kemanusiaan. Dia akan memanggil wartawan, dia jelaskan. “Ini kita lepas ya Bang, kasian sudah tua. Gitu pun ada rezekinya ini Bang kita bagi bagi ya,” katanya. Lain hal jika kasus yang dia tangani cukup membahayakan manusia lain, perampokan atau pembunuhan, dia pun tak segan segan menembak mati pelakunya. Keterbukaan Maruli tak pernah saya temukan hingga hari ini. Sehingga entah siapa yang memulai, Maruli pun digelar Dan Sui, komandan cantik/baik dalam bahasa chinese.

Gaya dan cara itu puluhan tahun dia lakukan di Medan, mulai dari jabatan Kanit VC, Kapolsek dan Kasat Reskrim. Dimanapun dia bertugas, kinerjanya sebagai polisi cukup memuaskan saya sebagai wartawan. Jujur, sebagai wartawan peliput berita kriminal di lapangan adalah sebuah kebahagiaan, jika saya bisa pulang ke kantor membawa berita berita besar, sedangkan isi kantong pun bisa menyenangkan anak dan istri di rumah. Masa masa itu, pasti tak hanya saya seorang wartawan yang merasakannya.

Di Depak, di Fitnah

Hidup adalah pasang surut, turun naik. Ada yang suka ada tidak, itu hukum alam. Sebaik apapun kita, pasti akan tetap ada yang merasa kita tak baik. Macam macam sebabnya, ada saingan jabatan, ada rivalitas dalam segala bentuk dan lain sebagainya. Itu juga dialami oleh Maruli. Masa kejayaanya pun sempat pudar di Medan. Oleh Kapolri saat itu, Maruli pun di mutasi keluar Sumatera. Berbagai macam isupun menerpa. Dia pun menerima segala macam fitnah, mulai dari pembeking judi hingga bandar narkoba. Selain di mutasi ke luar Jawa, Maruli pun berulang kali di periksa Propam. Namun tak satupun bukti menguatkan tuduhan tuduhan tersebut, dia pun tetap bisa berkarier cemerlang walau tak lagi di Kota Medan.

BACA JUGA  Dapat Pengaduan, Sadarita Purba Tinjau Jembatan Palitokan

Emas, dibuang diantara tumpukan sampah pun tak akan berubah menjadi kotoran, dia tetap lah emas. Begitupun Maruli. Banyak orang mengira, Maruli hanya akan mampu berprestasi jika dia berada di Medan, ternyata tidak. Di Polda Jatim, dia pun menunjukkan prestasinya. Perilaku sosial dan peduli nya pun tak berubah, masih tetap seperti Dan Sui yang ada di Medan. Hingga akhirnya oleh pimpinan tertinggi Polri dia dipercaya lagi untuk kembali ke Medan. Tak tanggung-tanggung, dua jabatan strategis pun dipercayakan kepadanya, Wakil Direktur (Wadir) Reskrimsus dan Wadir Krimum. Jabatan ‘mimpi’ bagi seorang polisi lulusan bintara, tapi itulah kenyataan yang dialami oleh Maruli.

Tak Ada Gading yang Tak Retak

Sejak lahir kita sudah diajarkan petatah petitih hidup. Mungkin tujuan nenek moyang kita, agar kita hidup tak hanya melihat apa yang ada hari ini, tapi kita harus melihat sebab dan akibat, apa yang didepan dan belakang. Begitu juga lah Maruli, tentu dia punya masa lalu, yang baik dan buruk, dan semua kita memiliki itu. Tak ada gading yang tak retak. Kendati retak dia tetap lah gading. Namun yang pasti hingga hari ini, mungkin di Indonesia ini, dia lah satu satunya kepala keluarga yang berhasil mendidik anaknya hingga mencapai puncak. Empat buah hatinya, semua lolos AKABRI dan Akpol.

BACA JUGA  Jum'at Barokah, Polsek Medan Area Adakan Bimbingan Rohani

Banyak pesan pesan orang tua, bahwa jika kita ingin melihat sosok pemimpin sukses, lihat lah bagaimana dia mendidik keluarganya. Maruli sudah membuktikan itu. Tak mudah bagi kita untuk bisa meloloskan anak untuk menempuh pendidikan di AKABRI, tapi Maruli mampu meloloskan anaknya empat sekaligus. Padahal, Maruli hanyalah seorang anak yang lahir dari sebuah kampung nun jauh di Taput, lulusan STM, dan masuk polisi dari sekolah bintara. Sesuatu yang tak mungkin bisa dia dapatkan, bahkan mimpi sekalipun.

Tetapi menurut saya, itu lah kekuatan doa. Mungkin ribuan doa doa rakyat jelata, saat Maruli menjabat di Medan puluhan tahun lalu, awal awal ketika dia digelar Dan Sui, terkabul. Allah mengabulkan doa doa itu memberi kesuksesan kepada keluarga Maruli. Sehingga apa apa yang tak mampu dilakukan oleh orang paling tinggi pangkatnya di negeri ini pun, oleh tuhan diberikan kepada Maruli. Tapi Maruli tetap rendah hati, dia tetap peduli. Tak ada kasta dalam hidup ini baginya.

Saya termasuk wartawan yang sangat jarang bertemu dengannya, sejak dia kembali bertugas di Medan. Sedangkan bertemu saja kami jarang, apa lagi saya meminta bantuannya. Tapi saya masih melihat sosoknya yang tak berubah hingga dia memasuki masa pensiun. Karenanya, saya termasuk orang yang setiap bertemu memintanya untuk mengabdikan diri untuk negeri ini, untuk kota ini. Karakter dan sifat dasarnya, masih sangat dibutuhkan rakyat kita yang haus akan orang orang peduli, orang orang yang ‘hobbynya’ berbagi, seperti Maruli.

*ZULKIFLI adalah seorang Jurnalis, tinggal di Medan

IMG-20240310-WA0073
IKLANKAN-PRODUK-ANDA-DISINI-20240504-132349-0000

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *