IMG-20240409-WA0045

Waduh! Tidak Dibelikan HP, Bocah ini Gantung Diri

IMG-20240409-WA0076

Singaraja, TRIBRATA TV

Peristiwa maut terjadi di Panti Asuhan milik Yayasan Dana Punia yang berlokasi di Lingkungan Banyuning Barat, Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, Bali pada Minggu (27/12/2020) sore. Seorang bocah panti asuhan, I Ketut Eka Budiarta (14) ditemukan tewas gantung diri di sebuah ruangan kosong.

IMG-20240227-124711

Ketut Eka Budiarta ditemukan tewas menggantung dengan tali nilon warna biru sepanjang 3 meter, yang dikaitkan ke kosen kayu plafon setinggi 4 meter dari tanah, pada Minggu sore sekitar pukul 16.30 Wita.

Bocah panti asal Banjar Dinas Kubusalya, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli ini tercatat sebagai siswa Kelas VII SMP Mutiara Singaraja ditemukan tidak memakai baju dan hanya mengenakan celana pendek warna biru putih.

Ketika ditemui TRIBRATA TV Kapolsek Kota Singaraja, Kompol I Made Santika, Selasa (29/12/2020) mengatakan mayat Eka Budiarta pertama kali diketahui I Wayan Matal (17) penghuni panti asuhan yang notabene teman korban. Wayan Matal bersama penghuni panti lainnya yang juga sepupu korban, I Wayan Rian Gunawan (13) hendak membuang sampah di sebelah utara gedung panti. Tanpa sengaja saksi Wayan Matal melihat korban dalam posisi menggantung di salah satu ruangan.

Setelah didekati, ada tali nilon warna biru melilit di leher korban yang dikaitkan ke kayu plafon. Saksi Wayan Matal pun langsung berteriak memanggil para penghuni panti dan pengurus yayasan untuk mengecek korban.

“Mereka mendapati korban Eka Budiarta sudah dalam keadaan meninggal dunia,” ujar Kompol pada TRIBRATA TV di Singaraja. Pengurus yayasan kemudian menghubungi Bhabinkamtibmas Kelurahan Banyuning, Bripka Herman Yosep Hermando, untuk melaporkan peristiwa maut ini ke Polsek Kota Singaraja.

Begitu mendapat laporan, jajaran Polsek Kota Singaraja langsung meluncur ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban gantung diri, melakukan olah TKP, dan meminta keterangan saksi-saksi.

Polisi juga membonceng petugas medis dari Puskesmas III Buleleng ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan luar kondisi korban. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis perawat Puskesmas III Buleleng, Made Sunigcaya Astawa, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban Eka Budiarta.

Di leher korban ada tanda kebiruan bekas jeratan tali. Korban disimpulkan murni bunuh diri, karena lidahnya dalam posisi menjulur dan matanya melotot, sebagai layaknya korban gantung diri.

“Korban dinyatakan meninggal kekurangan oksigen, karena lehernya terjerat tali,” tegas Kompol Santika.

Jenazah Eka Budiarta dijemput keluarganya untuk dibawa ke rumah duka di Banjar Kubusalya, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani,

Jenazah bocah SMP berusia 14 tahun ini rencananya akan diupacarai pihak keluarga duka pada Wraspati Umanis Ugu, Kamis (31/12/2020) nanti, bersamaan dengan upacara pecaruan yang digelar pihak Yayasan Dana Punia.

Sejauh ini, belum diketahui pasti apa motif di balik aksi ulahpati korban Eka Budiarta. Namun, dugaan sementara, bocah kelahiran Kintamani, 14 Juni 2006, ini diduga nekat ulahpati karena tidak dibelikan HP oleh orangtuanya.

Terungkap, saat ditemukan tewas gantung diri, saku kanan celana korban berisi 4 lembar surat wasiat yang ditujukan kepada orangtua dan teman-temannya.

Dalam surat yang ditulis tangan tersebut tertulis, ‘Bu sekrang Ketut pergi duluan. Karena Ketut sudah bosan dengan masalah HP yang membuat Ketut duluan pulang ke alam baka. Ketut minta maaf kepada semuanya kalau punya salah atas apa yang Ketut lakukan yang membuat Ibu/Bapak tidak bahagia. Itu saja permintaan Ketut. Doakan ketut biar tidak ada halangan di sana (alam baka). Terima kasih’.

Sementara itu, pengurus Yayasan Dana Punia, Gede Arba Dana, mengatakan korban Eka Budiarta selama ini dikenal sebagai anak yang baik dan tidak pernah bermasalah dengan anak-anak penghuni panti lainnya.

Almarhum Eka Budiarta baru 2 tahun tinggal di Panti Asuhan Dana Punia, setelah dititipkan orangtuanya untuk belajar di sana, karena kondisi ekonomi kurang mampu. Kakak kandung korban, Ni Luh Sukraningsih (16) juga tinggal di panti asuhan ini.

Menurut Arba Dana, dirinya terakhir bertemu korban Eka Budiarta, Sabtu (26/12/2020) atau sehari sebelum ditemukan tewas gantung diri. Bahkan, Arba Dana sempat ngobrol dengan korban usai acara makan bersama.

“Almarhum sempat bilang besok atau lusa sudah tidak ada. Ucapan itu dilontarkan saat saya bilang mau bikin acara makan-makanan lagi saat malam tahun baru,” kenang Arba Dana.

Arba Dana mengakui, selama ini pihak yayasan memang tidak bisa mengawasi anak-anak panti full 24 jam. “Sebenarnya, pengawas di sini cukup banyak, yakni kakak-kakak mereka yang lebih dewasa yang biasanya mengawasi. Dengan peristiwa ini kami akan lebih ketat dalam mengawasi,” papar tokoh pejuang sosial asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.

Arba Dana tidak menampik adanya kecemburuan sosial di kalangan anak-anak panti, khususnya mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Dengan adanya sebagian anak panti yang membawa HP tanpa sepengetahuan pihak yayasan, membuat cemburu sebagian anak lainnya, termasuk korban Eka Budiarta.

“Bisa saja karena cemburu melihat temannya punya HP, apalagi anak-anak. Itu yang mempengaruhi karakter mereka. Padahal, di panti sudah ada aturan tidak boleh membawa HP. Kalau ada anak yang ketahuan membawa HP, kami suruh pulang, karena kami anggap mereka dari keluarga mampu,” katanya.

Menurut Arba Dana, tidak mungkin keinginan korban Eka Budiarta untuk memiliki HP terkait dengan pembelajaran yang diterapkan sekolah. Pasalnya, pihak Yayasan Dana Punia telah menyediakan fasilitas laptop beserta Wifi untuk menunjang pembelajaran sistem daring penghuni panti yang jumlahnya mencapai 60 orang. (Tri)

IMG-20240310-WA0073

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *