IMG-20240409-WA0045

Parasit Tumbuh Subur, Diduga Biaya Perawatan Ditilap Petinggi PTPN IV Unit Ajamu I

IMG-20240409-WA0076

Labuhanbatu, TRIBRATA TV

Banyaknya pohon kelapa sawit yang tidak terawat di kebun Ajamu I Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara milik PTPN IV menimbulkan pertanyaan, bagaimana bisa mencapai target produksi jika pohonnya tidak terawat baik.

IMG-20240227-124711

Memelihara dan meningkatkan produksi kelapa sawit tentunya memiliki standar baku. Beberapa hal yang umumnya dilakukan di perkebunan kelapa sawit misalnya adalah melakukan pemupukantepat waktu, membuat parit agar air tidak bertahan dilahan, melakukan pencucian parit agar aliran air lancar, melakukan pembasmian gulma dan menciptakan agar kondisi lingkungan tumbuh optimal bagi tercapainya produksi maksimal tanaman yang di budidayakan.

Selain melakukan tindakan pemeliharaan kelapa sawit, perlu juga melakukan penyiangan pada semua jenis gulma pengganggu dan pengendalian hama dan penyakit serta penataan tajuk.

Perawatan sejak awal bagi tanaman belum menghasilkan (TBM) bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam. Demikian juga perawatan bagi tanaman menghasilkan agar bisa berproduksi maksimal dengan biaya serendah mungkin sehingga nantinya seluruh biaya perawatan serta pengelolaan akan tertutupi oleh produktivitas sampai tanaman tersebut direplanting.

Namun sepertinya hal ini tidak diindahkan manajemen perkebunan PTPN IV Unit Ajamu I. Perusahaan ini diduga abaikan standard operasional perusahaan (SOP) tentang perawatan dan pengelolaan tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit.

Hal ini terlihat afdeling I dan II, Gulma jenis benalu /parasit tumbuh rindang bersamaan dengan batang kelapa sawit.

Amatan di lapangan, Selasa (18/10/2021) pada areal tanaman menghasilkan di afdeling I dan II, tampak tidak sesuai dengan SOP perusahaan dalam penanganan pembasmian gulma jenis parasit. Pasalnya gulma terlihat tumbuh subur di pohon kelapa sawit dan terlihat melambai-lambai saat diterpa angin.

Menurut Humas PTPN IV Unit Ajamu I, Bahrowi, parasit ataupun benalu tersebut sudah diinfus sehingga dalam jangka waktu 2 pekan pasti sudah mati.

Hal ini dikatakannya pada Senin (6/9/2021) lalu.

Tetapi hingga Senin (11/10/2021), tampak benalu tersebut masih tampak tumbuh rindang di hampir seluruh afdeling yang ada di kebun ini.

Pernyataan Bahrowi yang bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan ini diduga sengaja dilakukannnya untuk menutupi kebobrokan kinerja para pimpinan perkebunan ini.

Dua warga setempat yang ditemui media ini saat mengembalakan ternak sapi mengatakan kalau tanaman sawit yang berada di Adf I dan II, Blok 0 dan Blok G ditanami sekitar tahun 2000 namun pohon sawitnya banyak tumbuh kerdil.

Ia bahkan menceritakan kalau lahan perkebunan di beberapa adfdeling banyak yang terlantar dan tidak terawat dan kalau mengeluarkan hasil panen harus lewat jalan masyarakat.

Kenyataan ini semakin memperparah kinerja perkebunan milik negara ini. Dirut PTPN IV Sucipto Prayitno sudah selayaknya segera mengaudit dan memeriksa laporan penggunaan anggaran perawatan yang telah dikeluarkan PTPN IV di tahun-tahun sebelumnya.

Sementara itu, Maneger Perkebunan PTPN IV Unit Ajamu I, Denny Leonard Hutagalung ketika dikonfirmasi sepertinya tidak bersedia membalas pertanyaan yang disampaikan awak media ini dan tidak mengangkat teleponnya saat dihubungi.

Hal sama juga dilakukan Agus R.V Lumban Tobing, Maneger Distrik II. Konfirmasi yang dikirim pada Rabu (15/9/2021) tidak dibalasnya.

Media ini memberikan informasi tentang banyak parasit ataupun benalu yang tumbuh rindang berdampingan dengan pohon kelapa sawit, Agus RV Lumban Tobing justru langsung memblokir WhatApp awak media ini. (Marhite Rajagukguk)

IMG-20240310-WA0073

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *