PDIP Harus Belajar dari Tiga Kekalahan Pilkada Simalungun

IMG-20240409-WA0076

Simalungun, TRIBRATA TV

Dalam pilkada di Kabupaten Simalungun, PDIP selalu menelan pil pahit. Padahal kabupaten yang berfalsafah Habonaron Do Bona itu bisa dibilang sebagai basis nasionalis religius. Dibuktikan dalam setiap hajatan Pilpres selalu unggul, mengingat kehadiran Soekarno di masa hidupnya di Haranggaol dan pengasingan di Parapat telah menjadi catatan sejarah.

IMG-20240227-124711

Namun kenapa dalam setiap Pilkada jagoan PDIP di Simalungun sulit menang? Seperti halnya,Pilkada tahun 2005-2010 mengusung Rjisten Sitorus/Ponidi kalah telak diurutan ketiga. Padahal semua orang tahu, kala itu Rajisten mendapat dukungan dari konglomerat DL Sitorus (almarhum).

Kemudian, Pilkada 2010-2015, PDIP mengusung jagoannya Zulkarnain Damanik/Mrsiaman Saragih, toh kalah juga, padahal Zulkarnain adalah calon incummbent dan memiliki kelebihan dan pengaruh besar dalam berbagai hal dari calo-calon lain.

Demikian juga Pilkada 2015-2020, PDIP mengusung Tumpak Siregar/ Irwansyah, hasilnya sama, kalah telak.

Menanggapi kekalahan-kekalahan PDIP ini, dua tokoh masyarakat Simalungun, satu dari kalangan muda dan satu lagi dari kalangan tua, menyamaikan tanggapan sekaligus keprihatinannya.

Salah satunya adalah kader PNI Marhaenis, Gindo Hilton Sinaga yang sudah berkecimpung di dunia politik sejak tahun 60 an bersama Soekarno dan Megawati Soekarno Putri.

Menurut Gindo yang penah duduk bersama Soekarno dan Megawati saat Kongres Marhaenis tahun 1967 di Surabaya, mengatakan, kekalahan-kekalahan itu tidak terlepas dari kurang solid dan tidak konsistennya partai wong cilik itu.

Kekalahan, kata dia bukan hanya di Kabupaten Simalungun, tapi juga di tingkat provinsi pada pemilihan calon Gubernur Sumatera Utara. Benny Pasaribu, kemudian Efendi Simbolon dan Djarot, tiga-tiganya kalah dalam Pilgubsu.

Sebuah partai dikatakan solid ketika dia benar-benar mendengarkan aspirasi arus bawah dan aspirasi partai dari tingkat bawah, misalnya mengutamakan kader, dan mengusung calon yang elektabilitas dan hasil surveynya tinggi. Bukan mendengarkan hal yang lainnya.

Dia mencotohkan Pilkada Simalungun yang kalah tiga kali berturut-turut (2005/2010, 2010/2015, dan 2015/2020). Seharusnya, kata dia itu jadi pembelajaran bagi PDIP. Untuk mengusung calon, katanya, sangat perlu dilihat elektabilitas, kredibilitas, SDM dan hasil survey figur bakal calon sebelum ditetapkan atau direkomendasi oleh partai.

“Penyebab kekalahan-kekalahan itu, menurut saya bisa jadi karena tidak mempertimbangkan sisi elektabilitas, kredibilitas, SDM dan hasil survey independen si calon yang akan diusung,” katanya.

Artinya, kalau system perekrutannya tidak dirubah, maka PDIP akan sulit menang. Kekalahan-kekalahan ini, membuktikan bahwa di Simalungun, uang bukan segalanya, tapi lebih ditentukan oleh kualitas figur dan figure itu harus yang benar-benar dicintai rakyatnya.

Artinya, lanjut dia lagi, survey itu bisa dikatakan telah mewakili aspirasi atau keinginan rakyat.

Sementara Lamhot Rotuah Saragih seorang tokoh pemuda pro-Jokowi dan dikenal sebagai Wakil Ketua Jaringan Kemandirian (Jaman) Povinsi Sumut, senada dengan Gindo Hilton Sinaga.

Tokoh pergerakan ini mengatakan, seharusnya, kalau PDIP mau menang, maka harus solid, dan sudah seharusnyalah memilih bakal calon bupati yang akan diusungnya dengan melihat hasil survey dan elektabilitas serta SDM bakal calon itu.

Kabupaten Simalungun, mayoritas hidup masyarakatnya dari pertanian. Dan dari sekian banyak calon, menurutnya hanya ada satu calon yang SDM atau keahliannya di bidang pertanian, yaitu Ir.H.Amran Sinaga MSi.

Selain SDM nya sangat mumpuni, banyak hasil survey pun menunjukkan bahwa Amran Sinaga paling unggul, menduduki peringkat pertama, jauh jarak dibandingkan calon lainnya.

Dia juga mengajak partai besar itu bercermin dari kekalahan-kekalahan Pilkada sebelummnya. Dan di Simalungun, uang katanya bukan segalanya, tapi lebih pada memilih figure yang elektabilitas, kredibilats, dan SDM nya baik.

Ini lanjutnya sudah dibuktikan dari hasil survey independen para calon kepala daerah, bahwa Amran jauh lebih unggul.(e.ginting)

IMG-20240310-WA0073

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *