Labusel, TRIBRATA TV
Proyek Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) Desa Teluk Panji Empat dan Tiga Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten labuhanbatu (Labusel), Sumatera Utara yang saat ini dalam pengerjaan dan penanaman diduga menyalahi kontrak. Sebab bibit yang ditanam beda usia.
Menurut PPL Dinas Pertanian Labusel, Sugiarto, sesuai kontrak kerja dengan balai pengadaan bibit, bibit yang disediakan harus berusia sepuluh bulan ke atas, tidak boleh kurang dari itu. “Kalau melihat foto lapangan, jelas hal ini menyalahi perjanjian dan kontrak kerja,” katanya sambil melihat foto bibit yang ditanam, Kamis (28/5/2020).
Sugiarto tidak mengetahui pasti mengapa bibit yang ditanam berusia dibawah sepuluh bulan. “Memang ada beberapa warga menghubungi dan menanyakan ini, tapi saya memang belum sempat ke lokasi,” ujarnya.
Kalau benar bibit yang ditanam menyalahi kontrak, Sugiarto justru mempertanyakan bagaimana pengawasan pengurus KUD Subur Makmur Teluk Panji Empat dan KUD Sentosa Teluk Panji Tiga sebagai pelaksana kedua proyek ini.
Ia mengatakan bibit sawit dengan usia sepuluh bulan disepakati dengan harga Rp36.500 per pokok. Jika ada bibit tidak memiliki lebel lebih dari lima puluh pokok, maka harus dipertanyakan sumber bibit itu.
“Kasian warga, jika dana yang begitu besar ternyata pengerjaannya tidak sesuai perjanjian. Harapan kita PT Abdi Budi Mulia (ABM) sebagai bapak angkat tidak hanya jadi penonton tetapi ikut mengawasi sesuai tidak bibit yang ditanam,” kata Sugiarto lagi.
Ia bahkan menganjurkan untuk melaporkan hal ini ke penyidik atas penggelapan dan manipulasi dengan menyertakan bukti yang ada. “Jika memang bibitnya tidak sesuai dengan kontrak, bisa dilaporkan,” tambahnya.
Sayangnya pengurus kedua koperasi ini menolak untuk dikonfirmasi. Bahkan salah seorang pengurus mengatakan via WA, “terserah orang abang lah kalau begitunya mau orang abang”.(Sulaiman Malaka)
