IMG-20240409-WA0045

Tahun Baru Imlek, Kesempatan Berkumpul Bersama Keluarga

IMG-20240409-WA0076

Medan, TRIBRATA TV

Sebentar lagi warga etnis Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Imlek. Bagi mereka perayaan Tahun Baru Imlek ini sangat penting karena memiliki makna budaya dan sejarah.

IMG-20240227-124711

Karena itu, warga etnis keturunan Tionghoa telah melakukan berbagai persiapan menyambut datangnya Tahun Baru Imlek. Mereka menghiasi rumah dengan dekorasi lampion berwarna merah yang sudah ada sejak lama. Begitu juga di vihara-vihara. Konon katanya merah ini menunjukkan kesucian.

Tokoh masyarakat Tionghoa Chandra Ali Fuddin menyampaikan Tahun Baru Imlek dirayakan sejak berabad-abad silam. “Perayaan Tahun Baru ini sudah ada sejak zaman dahulu dan memiliki makna bagi masyarakat Tionghoa,” katanya.

Makna Imlek paling utama menurut pendapatnya untuk mengingat nenek moyang. Selain itu hubungan family atau keluarga semua bisa berkumpul beserta teman-teman.

“Dengan perayaan Tahun Baru Imlek ini kesempatan bagi generasi berbeda dalam keluarga untuk bersatu kembali dan menghabiskan waktu bersama serta bisa sembahyang bersama di vihara, ” terangnya didampingi A Bun dan A Sien.

Dia mengatakan, perayaan Tahun Baru Imlek sekarang ini sangat berbeda sejak resmi menjadi hari libur di Indonesia pada tahun 1999.

Dulu, sebelum dicabut Keppres, yang paling merasakan anak-anak sekolah. Karena tidak dapat libur dan berkumpul bersama keluarga saat perayaan Tahun Baru Imlek. Mereka sibuk bersekolah.

Namun setelah ditetapkan menjadi libur Nasional, kini merayakan Tahun Baru Imlek menjadi lebih mudah dan para generasi penerus lebih santai berkumpul dengan keluarga serta benar-benar merasakan perayaan Tahun Baru Imlek.

“Sekarang ini kita bisa berkumpul dengan anak-anak seoptimal mungkin untuk membangun kehangatan dan kebersamaan keluarga di rumah,” ujar Chandra.

Di masa pandemi Covid-19, dirinya juga dalam merayakan Tahun Baru Imlek nanti di rumah saja, paling saling kunjung mengunjungi keluarga terdekat dan berdoa di vihara supaya pandemi Covid-19 ini segera berlalu.

“Makanan yang disajikan pun tidak ada yang istimewa. Paling keluarga kebanyakan menyediakan kue-kue untuk sanak famili dan teman-teman dekat yang berkunjung. Makanan khasnya paling kue bakul. Karena kurang lengkap rasanya jika merayakan Imlek tanpa kue bakul, ” tandasnya.

Dalam merayakan Tahun Baru Imlek, katanya bukan khusus warga etnis keturunan Tionghoa (Cina) saja, tetapi juga warga Jepang, Korea, dan Vietnam.

Dia berharap ke depan umat manusia yang ada di dunia khususnya Indonesia bisa hidup sejahtera. Karena kalau masyarakatnya bisa hidup sejahtera, maka negara akan tenteram dan damai.

Selain itu hindari peperangan. “Terhadap yang dua ini, kita selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga terwujud doa kita, “pungkasnya. (zak)

IMG-20240310-WA0073

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *